Minggu, 29 Juni 2008

Andai-andai Lapindo



Beberapa kali ada yang nanya kayak gini kepada saya.
"Ah anda kan cuma bisa mencela saja. Coba kalau anda dalam posisi Lapindo, apa anda tidak juga akan mengambil langkah serupa?"
"Menurut anda apa usulan konkret yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah Lapindo"

Saya punya tiga versi jawaban untuk pertanyaan diatas, yang asal, marah2 dan yang serius.

Untuk yang asal, saya akan jawab gini (dengan gaya Gus Dur):
"Ya suka2 saya, blog saya yang bikin, mau ngomong apa ngomentari apa ya terserah kan. Kalo gak suka ya gak usah dibaca, gitu aja kok repot."

Untuk yang marah2, saya akan jawab gini:
"Eh, kamu sialan ya, ngomong dipikir dulu dong yang bener. Yang harus ngerti posisi itu Lapindo, tolol! Ayo kalau mau tukeran, kami nginep di Hotel, Lapindo yang nginep di pasar selama dua tahun. Kalau kayak gitu, mau diselesaikan cepat atau lambat2 yah terserah. Lagian, kamu sinting ya, yang disuruh mikir solusi itu yah mereka. Kan ada tuh Freedom institute. Pemerintah juga punya banyak pakar tho, di BPPT. Atau orang2 kampus yang jago2 itu. Faktanya 2 tahun toh gak ada rencana konkret apa2. Kok malah korban yang disuruh mikir. Orang mikir perut aja sekarang dah susah kok. Sana deh minggat, sebelum aku benemin lumpur, Monyet!"

Untuk yang serius, saya akan jawab gini:
"Yah, 2009 nanti saya jadiin ketua BPLS deh, baru akan saya beberkan rencana saya"

Hehehe, kayak kampanye salah satu capres aja. Ndak, saya nggak punya jawaban yang serius. Saya cuman bisa mengajak anda berandai2, tetapi dengan dua asumsi dasar. Asumsi pertama, data Forbes itu benar. Bahwa "Kau Tahu Siapa" kekayaan pribadinya beneran 9,2 miliar dolar. (Eh, kekayaan pribadi ini artinya harta pribadinya saja kan, belum termasuk aset grup perusahaannya?) Asumsi kedua, nah ini yang saya kira sulit, "Dia yang Namanya tidak boleh Disebut" beneran punya hati dan kepedulian.

Begini andai-andainya. Dengan kekayaan dan sumber daya lain yang mereka miliki, sangat banyak hal positif yang bisa dilakukan untuk membantu korban. Alih-alih mengeksploitasi, mereka bisa membantu meringankan beban penderitaan korban akibat tragedi kemanusiaan maha dahsyat ini. Dengan 20-25 persen saja dari kekayaannya, Abu..r.i..z....(Pokoknya Anda Tahulah), akan bisa secara mendasar menyelesaikan bencana Lapindo sekaligus memulihkan kondisi korban.

Buat apa duit 20-25 persen dari kekayaan Bakrie itu dibelanjakan?
5 persen untuk menutup semburan
5 persen untuk membangun 'perumahan' yang diberikan secara 'cuma2' kepada korban.
5-10 persen untuk memulihkan lokasi dan infrastruktur.
5 persen untuk investasi industri migas di Sidoarjo

Dalam proses-nya, korban akan dilibatkan secara intensif, terutama yang kehilangan pekerjaan. Pembangunan perumahan akan memakai tenaga kerja dari korban (tidak seperti sekarang, pada saat korban justru banyak yang butuh pekerjaan, tidak ada satupun yang dipekerjakan oleh Lapindo).

Pembersihan lokasi dan pengalihan infrastruktur juga demikian. Sedangkan untuk pengelolaan wilayah yang tenggelam (perumahan atau industri pengolahan migas dan berbagai produk turunannya) harus didirikan perusahaan baru, dimana korban akan menjadi pekerja sekaligus pemilik sebagian dari saham. Share-nya dihitung berdasar luasan aset yang tenggelam.

Berbagai kegiatan ekonomi yang bisa dilakukan korban dalam proses ini, akan dipakai untuk menyicil rumah yang mereka tempati (sehingga rumah itu nantinya akan menjadi hak milik korban).

Maka korban akan pulih hidupnya, dan Bakrie Group tetap akan memperoleh keuntungan bisnis sekaligus kehormatan lepas dari do'a dan kutukan ratusan ribu orang di Sidoarjo (dan mungkin jutaan orang Indonesia lainnya). Lha iya, kadang saya itu berpikir, apa gunanya punya duit puluhan triliun yang bisa dinikmati entah sampai berapa generasi ke depan, tetapi setiap hari dikutuk dan didoakan jelek oleh ratusan ribu orang.

Bayangin. Saya aja kalau misalnya ada yang mendoakan jelek, satu orang saja, pasti tidak akan bisa tidur, dan akan berusaha sebisa mungkin agar orang tersebut tidak jadi mendo'akan saya yang jelek2. Lha ini ratusan ribu orang je. Apa ya nggak bakalan do'a satu atau dua orang akan tembus. Apa gak malah jadinya sengsara tujuh turunan.

Ah, andai saja...


1 komentar:

Anonim mengatakan...

setuja