Senin, 16 Juni 2008

Ayo keroyok Bakrie rame-rame (bag - 2/habis)


Sampai kemudian, ternyata semua teriakan dan seruan saya ternyata tidak benar-benar membentur tembok. Saya mendapati ternyata tidak semua warga bangsa ini yang sesat logika dan tumpul nurani dalam menyikapi masalah Lapindo. Di samping sejumlah kecil kawan dan lembaga yang telah lebih dulu sy kenal dalam masalah Lapindo, ada tambahan kawan-kawan baru yang berperan besar meneguhkan kesimpulan saya itu.

Dari sejumlah kawan tersebut, muncul keyakinan baru bahwa sebenarnya memang orang/lembaga yang peduli dengan masalah Lumpur Lapindo dan nasib korban ini masih sangat banyak. Kalau saja saya menabung seribu rupiah tiap kali dengar atau baca ada orang atau lembaga yang peduli dengan masalah Lapindo, pasti sekarang saya sudah kaya raya.

Masalahnya, dukungan dan kepedulian dari berbagai orang/lembaga tersebut berdiri terpisah-pisah, dan muncul berserakan di sana-sini. Mereka datang dengan latar belakang pemahaman masalah, pendekatan yang sendiri-sendiri, dan tentunya kepentingan yang berbeda-beda juga.

Pun juga antar pihak yang peduli tersebut kadang tidak saling berkomunikasi, sehingga satu sama lain tidak bisa saling sinergi, apa yang sudah dilakukan, kepada kelompok yang mana, apa pelajaran yang bisa dipetik, siapa aktor benar, siapa juga yang makelar, mana yang patut kita dukung, mana yang perlu digebukin rame-rame.

Kemudian ada juga perasaan yang timbul, bahwa masalah Lumpur Lapindo ini sedemikian besar dan ruwet. Kalaupun ada pihak yang mau berbuat sesuatu, apa yang bisa dilakukan menghadapi masalah yang sedemikian pelik. Apalagi kalau dia hanya sekedar individu, tentu akan bingung, bagaimana mulai melakukan sesuatu, kalau mau nyumbang, kemana; nyumbang apa; buat korban yang mana, dan macam-macam lainnya.

Kondisi ini kemudian menimbulkan posisi yang pada dasarnya saling menunggu dan membiarkan public sedikit demi sedikit, ‘termakan’ oleh kampanye sesat media Lapindo.
“Ah, memang masalah Lapindo sudah selesai kok, kan gak ada demo2 lagi”.
“Yang protes kan itu-itu aja, mau cari untung kali”
“Kan Wapres bilang sudah diberi ganti untung”
“Kemarin saya baca, korban semua sudah dapat rumah, bagus-bagus lagi”.
"Bakrie bilang itu kan bencana alam, enak dong diganti rugi"
“Kalau ada masalah, pasti LSM-LSM dan mahasiswa pada mbelain korban Lapindo.”
“Itu kan masalah kecil, Metro TV aja nyebutnya sekarang Lumpur Porong”
Bahkan, “Lumpurnya sudah berhenti kan.” Sialan...

Maka saya merasa harus ada yang mulai secara serius menerobos kebuntuan ini. Membariskan semua pihak yang peduli dengan penanganan bencana lapindo dan nasib korban. Meluruskan segala macam penyesatan public yang dilakukan oleh Keluarga Bakrie, mendorong Bakrie mengambil tanggung jawab penuh dalam menyelesaikan masalah Lapindo.

Tidak harus dibawah satu panji, karena bangsa kita terkenal paling sulit untuk bisa menyisihkan ego. Tapi paling tidak, semua bisa berbagi, dalam bahasa yang sama, dengan tuntutan yang sama. Apa itu? Di titik ini belum ada. Tetapi yang paling ideal tentu saja adalah kembalikan hak2 korban, pulihkan lingkungan di Sidoarjo.

Apa langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mewujudkan tuntutan itu? Di titik ini, belum ada, dan gak jelas. Tetapi kalau nunggu adanya sebuah desain besar dan sempurna dari sebuah aksi yang ideal, maka sampai semua Sidoarjo tenggelam, yakin rencana itu tidak akan pernah terwujud.

Maka bayangan saya sesederhana ini. Kumpulkan semua pihak yang peduli dengan masalah Lapindo, individu maupun lembaga. Bikin wadah informasi yang bisa diakses oleh semua dan untuk semua. Kita solidkan rencana dalam proses itu, juga proses seleksi dan semua memberi kontribusi. Dari proses itu, sy yakin akan menghasilkan rencana aksi dan tindakan yg lebih konkret dibanding yang selama ini sudah terjadi.

Siapa yang bisa dan mampu melakukan upaya ini? Menurut saya banyak sekali yang sebenarnya mempunyai kualifikasi, baik individu maupun lembaga, untuk melakukan inisiatif pengorganisasian semacam ini. Masalahnya menurut saya ya sesederhana bahwa memang tidak yang mau. Saya akan bisa menerima alasan waktu atau kesempatan tidak tepat, kalau bencana ini baru berjalan 1 atau 2 bulan. Tetapi setelah 2 tahun (lebih dari 700 hari) masih belum ada, berarti ya sesederhana, memang gak ada yang niat melakukannya.

Maka, saya kemudian memilih untuk tidak diam dan menunggu, dan tahu-tahu bencana Lapindo sudah diperingati tahun ketiga, dan korban semakin nambah, sementara Bakrie kekayaannya nambah 50 trilyun lagi.

Biar saja kata orang caranya gak bener, metodologinya ngawur, tampilannya jelek, bahasanya kacau. Lha wong, saya memang bukan profesional di situ kok. Yang penting harus dimulai.

Kalau nunggu lembaga yang ahli di bidang pengorganisasian atau advokasi, atau campaigner yang bisa nulis bagus, atau ahli IT yang bisa SeO, sebagai korban sudah lebih menunggu. Maka saya menolak untuk menunggu dan membusuk dalam prosesnya.
Tapi saya tidak akan na’if dan konyol. Kalau dalam proses ini ada yang mau mbantu menyempurnakan, atau di luar sana sedang berjalan inisiatif yang lebih manjur untuk tujuan menangani bencana dan memperjuangkan nasib korban, dengan senang hati saya akan bergabung.

Tetapi sementara itu belum muncul, ini beberapa inisiatif yang sudah dilakukan:
- www.korbanlapindo.net : Ada website portal informasi tentang bencana dan korban Lapindo
- www.korbanlapindo.blogspot.com : Blog yang mencoba mendokumentasikan perspektif korban
- http://www.facebook.com/group.php?gid=26083340518 : Grup di facebook tempat berbagi info semua orang yang peduli masalah Lapindo
- http://groups.yahoo.com/group/gebraklapindo/ Grup di yahoo
- http://groups.google.co.id/group/friend-of-lapindo-victims Grup di google

Mengakhiri postingan ini, sy cuman dengan rendah hati menyeru, siapapun anda yang peduli terhadap penanganan bencana dan nasib korban lapindo, ayo bergabung dengan gerakan ini. Catatkan email dan kontak anda di situs-situs di atas. Kunjungi dan manfaatkan situs-situs ini untuk mendapatkan informasi tentang masalah Lumpur Lapindo dan korban, serta berbagai informasi atau inisiatif untuk membantu korban, dan bantu sebarkan kepada khalayak.

Bakrie adalah raksasa, maka ayo dikeroyok rame-rame. Bukan untuk membunuh atau menghancurkan, tapi memaksa mereka bertanggungjawab kepada bangsa Indonesia dengan menyelesaikan masalah lumpur Lapindo dan memberi kedilan dan keadaban kepada korban.

sumber foto : antara

Tidak ada komentar: